#_ MISTERI GADIS CANTIK PENUNGGU TOILET _#
Hari ini aku masuk kantor rada telat. Sudah telat, begitu sampai
langsung pengen pipis. Setelah cuci tangan di wastafel, aku langsung
buru buru keluar untuk naik ke lift lantai 7, dimana ruanganku berada.
Tiba tiba, ada yang memanggil,”Mbak, dompetnya ketinggalan.”
Aku menoleh, eh ada mbak yang biasa menyediakan tissue toilet
menyodorkan dompetku yang ketinggalan. Aku rada suprise, soalnya si mbak
ini cantik sekali menurutku. Mbak ini baru, soalnya aku tidak
melihatnya selama ini. Tetapi, kenapa mukanya rada pucat dan matanya
sembab? Seperti habis menangis?
“Waduh, untung saja si mbak ngasih
tau. Kalau enggak, bisa mumet saya kalo dompet hilang. Eh, mbak baru ya
disini. Namanya siapa?” kataku
“Sekar mbak, memang saya baru hari ini mulai kerja,”katanya.
“Thanks Sekar, kalo namaku Bulan…napa matamu? Eh, ntar lain kali aja
kita ngobrol yak, aku dah telat ” kataku sambil buru buru lari ke lift
yang lagi terbuka.
Itu adalah perkenalan singkat dengan Sekar.
Setelah itu, aku ketemu lagi, tetapi kali ini di toilet di lantai 7
tempat aku bekerja. Rupanya dia ditempatkan disini.
Ketika waktu
istirahat, aku menyempatkan diri mengobrol dengan Sekar. Habis, matanya
sembab terus. Bikin aku curiga. Apa habis berantem sama pacarnya? Atau
dia bermasalah di dalam keluarganya? Kan bisa saja.
Ternyata bukan
karena itu. Sekar bercerita, bahwa dia suka menyesali nasibnya. Dan
entah mengapa, dia bercerita sambil terisak padaku.
***
Sekar,
tadinya kembang desa yang lugu. Kecantikannya terkenal hingga ke desa
tetangga. Ketika itu, ada pemuda desa yang setelah lama merantau ke
kota, pulang kampung. Semua orang memujinya. Si Agung, pemuda yang
berhasil. Datang dengan motor yang keren. Juga gaya dan model yang
beken. Disini dia wara wiri mentraktir orang. Menunjukkan bahwa dia
tajir, duit tidak berseri.
Agung agresif mendekati Sekar. Mengajak
merantau ke kota. Mengiming imingi, di desa ini perempuan tidak akan
jadi apa apa. Apa yang bisa diharapkan dari sawah yang hasilnya tak
seberapa?
Di kota, Sekar bisa jadi model terkenal. Agung membawa
majalah perempuan terkenal ibu kota. Dan menunjukkan pada Sekar. “Lihat,
Sekar! Kamu bisa lebih dari ini. Kamu gak kalah cantik dibanding
mereka!” Agung terus membujuk dan merayu.
Dan orang tua Sekar yang
didekati Agung ternyata juga merestui Sekar ke kota. Akhirnya Sekar pun
berpikir, ya apa salahnya mencari peruntungan ke kota? Toh disini tidak
ada apa apa. Mereka miskin, dan kemiskinan ini terasa begitu menjerat.
Apalagi, dalam hatinya, Sekar merasa jatuh cinta pada Agung yang
kelihatan keren ini.
Di kota, nasib Sekar tidak semanis madu. Dia
disekap di sebuah rumah dengan beberapa perempuan lain. Kalau Agung
datang, Agung hanya mengatakan, proses rekrutmennya memang seperti itu.
Sekar memang melihat, perempuan yang bersamanya cantik cantik semua.
Hingga tak berapa lama, mereka dibawa ke suatu tempat. Dan disini,
Sekar diharuskan bekerja di bar. Memakai baju seminim mungkin. Sekar
mencoba protes dan memberontak, tetapi sia sia. Banyak penjaga dimana
mana. Lelaki bertato dan berbadan tegap selalu sigap mengawasi mereka.
Malam pertama di bar, ketika ada seorang lelaki menggoda, Sekar mencoba
bertahan. Tetapi tampaknya dia dibius. Tidak sadar, hingga ketika
terbangun sudah di kamar hotel dengan rasa sakit yang tak terkirakan.
Sekar menangisi nasibnya. Tetapi semua sudah menjadi bubur. Lelaki itu
meninggalkan segepok uang pada Sekar. Ketika melihat uang ini, Sekar
berpikir untuk kabur.
Dan Sekar melakukannya. Ketika keluar kamar
hotel, dia melihat sekitarnya. Memang sepertinya ada seorang cowo yang
menjaga di luar. Dengan mengendap endap, Sekar mencari pintu keluar
lain. Tetapi malang, begitu sampai di halaman, dari belakang seorang
mengejar Sekar dan menangkapnya. Sekar mencoba memberontak, tetapi
lelaki itu memukul Sekar hingga tak sadarkan diri.
Agung menemui
Sekar yang lemas tak berdaya. Dengan santai dia mencoba membujuk Sekar
agar bersedia hidup sebagai PSK. Kerja gampang, duit banyak. Dan ketika
Sekar tidak menjawab, Agung malah mendekap Sekar dan kemudian
menciuminya. Sekar memberontak, tetapi Agung memperkosanya.
Sekar kembali pingsan. Sakit ini sudah tak tertahankan lagi baginya.
***
Sampai disitu, Sekar terdiam. Menangis terisak. Dan aku hanya bisa
memberikan tissue untuk mengusap air matanya. Sayang, aku harus kembali
ke meja kerjaku. Tetapi sebelum kembali, Sekar memberiku secarik kertas.
Sekar, duh, betapa malang nasibmu. Cerita hidupnya benar benar
mengganggu konsentrasi kerjaku. Pedih sekali rasanya hati ini. Dan aku
juga penasaran, bagaimana dia bisa bekerja di sini? Dan apa yang bisa
kulakukan untuk membantunya? Tiba tiba aku ingat secari kertas yang
diberi Sekar. Kertas itu kubuka, ternyata hanya berisi alamat.
Ketika waktu pulang tiba, aku buru buru kembali menemui Sekar. Tetapi
dia sudah tidak ada. Besoknya pun aku mencari Sekar tetapi tidak dapat
menemuinya.
Hanya, aku menemukan koran di mejaku. Tentang seorang
perempuan yang ditemukan tewas terbunuh. Aku kaget, siapa yang
meletakkan koran ini di mejaku? Dan lebih kaget lagi, foto perempuan
yang ada di koran ini mirip Sekar.
Tidak mungkin, bisikku. Apalagi
begitu melihat tanggal koran itu. Ini koran minggu lalu! Tiba tiba aku
merinding. Sekar apa yang ingin kamu sampaikan padaku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar